Thursday, April 6, 2017

Dia Meminjamkan Bukan Karena Memiliki Banyak Uang


tauajalah.com - Pernahkah kamu meminjam uang kepada teman atau sahabatmu, lalu sesekali mereka menolak dan kamu mulai kecewa atau bahkan kesal karenanya. Kamu mulai membuat banyak alasan bahwa seharusnya temanmu itu tidak menolak permintaanmu, sebab dia bisa, dia punya, hanya saja dia tidak mau, mungkin inilah yang akan terlintas di benakmu.

Kisah ini berawal dari persahabatan Udin dan Bima yang sama-sama bekerja sebagai karyawan di sebuah rumah makan Padang. Keduanya berteman sudah sejak lama, tak kurang dari 3 tahun lamanya. Baik Udin dan Bima, keduanya adalah perantau di ibukota dan tinggal di kost yang sama, meski berasal dari kota yang berbeda.

Suatu hari, Udin berniat untuk mengganti ponselnya yang lama, setelah sehari sebelumnya ia duduk-duduk di konter dekat rumah makan tempatnya bekerja. Udin naksir pada smartphone yang lebih canggih dari miliknya, meskipun ia sebenarnya tidak begitu membutuhkan barang tersebut, mengingat smartphone yang dimilikinya sekarang juga sudah memiliki fitur yang mumpuni. Kamera ponsel baru itu lebih jernih dan bening ketika membidik foto, dan Udin menginginkan itu. Saat istirahat siang ia kembali ke konter itu dan melihat kembali ponsel pintar itu di sana, Udin semakin tertarik.

Bayangan ponsel itu selalu menari-nari di benaknya, meski ia telah kembali bekerja setelah jam istirahatnya selesai. Udin mengambil ponselnya, lalu mengirimkan pesan kepada temannya Bima, mengutarakan niatnya untuk meminjam uang Rp 400 ribu sebab uangnya tidak cukup untuk membeli ponsel itu, meskipun ia sudah menjual ponsel lamanya nanti di sana. Hari itu Bima sedang libur, jadi Udin tidak bisa meminjam uang itu secara langsung padanya.

Udin gelisah dan berulangkali menatap layar ponselnya, sepi. Sepertinya Bima tidak mau meminjamkanku uang itu, rutuknya dalam hati. Namun ia tak putus asa, kembali ia mengirimkan pesan kepada Bima dan mengatakan bahwa ia sangat membutuhkan uang itu saat ini juga, sebab ada kebutuhan mendadak yang harus segera dipenuhinya. Lima menit kemudian ponselnya menyala, pesan baru tiba dari Bima. Pemuda itu mengatakan akan mengupayakan uang pinjaman tersebut, dan meminta Udin untuk sedikit bersabar.

Udin sedikit lega membacanya, lalu segera mengirimkan nomor rekeningnya kepada Bima. Setengah jam berlalu, Bima tak kunjung mengabarinya. Udin kembali mengirimkan pesan yang sama, satu dan bahkan hingga empat kali sampai akhirnya jam kerjanya habis. Udin marah dan merasa kecewa berat atas sikap temannya itu, dengan perasaan jengkel ia kembali ke konter tersebut dan berniat untuk sekedar melihat ponsel idamannya itu di sana.

Namun Udin tertegun, sebab dari kejauhan ia melihat Bima sedang menyerahkan ponselnya kepada patugas konter dan menerima sejumlah uang darinya. Sahabatnya itu baru saja menjual ponselnya dan akan meminjamkan uang yang didapatkannya pada Udin, agar Udin bisa menggunakannya untuk mengganti ponselnya dengan yang baru. Udin malu pada sikapnya dan hanya berdiri di sana hingga waktu yang cukup lama.

Dari kisah di atas jelas terlihat bahwa tidak semua teman kita akan selalu memiliki uang yang cukup untuk dipinjami, sebab mereka juga memiliki kebutuhan lainnya, sama seperti kita atau bahkan lebih penting dari kebutuhan kita. Berpikirlah ketika akan meminjam uang kepada teman, sebab bisa saja permintaan kita ini akan menjadi sebuah beban bagi mereka. Terkadang, mereka juga meminjamkan uang bukan karena mereka memiliki banyak uang, namun karena mereka mengupayakannya dengan susah payah, agar kita tidak mengalami kesulitan.

Memang tidak ada salahnya jika kita meminjam uang ke teman kita, tapi cobalah untuk tidak meminjam uang kecuali dalam keadaan yang benar benar mendesak. (sipolos)

0 comments

Post a Comment