TAUAJALAH.COM - Layanan aplikasi on demand semisal Go-Jek dianggap mampu memangkas pengangguran bagi masyarakat berpendidikan SMA sederajat. Masyarakat dengan bekal pendidikan tingkat SMA itu, merupakan jumlah terbanyak pengangguran berdasarkan data dari BPS tahun 2017 sekitar 22 persen dari seluruh jenjang pendidikan. Hal itu merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan Pusat Kajian Komunikasi (Puskakom) Universitas Indonesia.
"Dengan adanya peluang bermitra dengan layanan on demand, mampu menyerap tenaga kerja yang tak terserap seperti SMP dan SMA. Para mitra pengemudi di Go-Jek yang bekerja secara penuh waktu, mampu mendapatkan penghasilan di atas rata-rata UMP nasional," ujar Peneliti Utama Puskakom UI, Alfindra Primaldhi saat memaparkan hasil riset yang bekerja sama dengan Go-Jek di Jakarta, Senin (8/5).
Menurut Alfindra, riset yang dilakukan secara online ini berlangsung sejak tanggal 6 sampai 11 April 2017 yang melibatkan 9.000 responden. Jumlah respondennya itu berasal dari 15 kota besar seperti di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, serta Bali.
Dalam hasil riset itu juga mengatakan, para mitra pengemudi merasa kualitas hidup mereka meningkat misalnya untuk Go-Ride 83 persen dan 80 persen Go-Car, khususnya dari segi ekonomi serta jam kerja yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyediakan waktu bagi keluarga.
Meski hasil riset yang dilakukan mayoritas positif bagi Go-Jek, namun dia menyampaikan saran agar perusahaan besutan Nadiem Makarim itu mempertimbangkan bentuk kerja sama dalam jangka waktu yang panjang.
"Saya melihat ini seperti karir bagi mitranya. Jadi mesti dipertimbangkan juga bentuk kerja sama jangka panjang. Kalau misalnya orang akan terus bermitra selama 10-15 tahun apakah ada kebijakan dari mereka sendiri bila ada mitra yang sudah bekerja selama tahun tertentu. Karena mereka kan bergantung juga terhadap Go-Jek," jelasnya. TEKNOLOVE
0 comments
Post a Comment